BREAKING NEWS

10/recent/ticker-posts

Pondok Pesantren Tahfidz Islamic Centre Al-Mukhtar Tegas Tolak Paham Intoleran dan Radikalisme

SOLOK | Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pondok pesantren selalu memainkan peran penting. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga kini, pesantren menjadi benteng moral, pusat dakwah, sekaligus kawah candradimuka lahirnya ulama dan cendekiawan yang berjiwa kebangsaan. Peran itu pula yang kini kembali ditegaskan oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Yayasan Islamic Centre Al-Mukhtar Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Di tengah gempuran arus globalisasi dan derasnya informasi digital, muncul tantangan serius berupa penyebaran paham intoleransi, radikalisme, hingga terorisme. Fenomena itu bukan saja meresahkan, tetapi juga mengancam sendi-sendi kebangsaan yang sudah dibangun dengan susah payah oleh para pendiri bangsa.

Melihat realitas tersebut, Ponpes Tahfidz Islamic Centre Al-Mukhtar berdiri di garda terdepan untuk melindungi generasi muda, khususnya para santri, dari infiltrasi paham-paham yang sesat dan menyesatkan. Komitmen ini bukan sekadar slogan, tetapi diwujudkan melalui pendidikan karakter, penanaman nilai cinta tanah air, serta penguatan wawasan kebangsaan.

“Kami tegas menolak paham intoleran, radikalisme, dan terorisme. Semua itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Di Ponpes ini, kami menanamkan kepada para santri untuk selalu cinta kepada NKRI dan menjunjung tinggi nilai persatuan,” tegas Pimpinan Ponpes Tahfidz Yayasan Islamic Centre Al-Mukhtar, Ustadz Fauzi Akmal Lc.

Pesantren Sebagai Benteng NKRI

Ustadz Fauzi menjelaskan, Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, kedamaian, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Karena itu, segala bentuk kekerasan, intoleransi, apalagi terorisme, tidak memiliki ruang dalam ajaran Islam.

“Tidak ada satu pun ajaran dalam Islam yang membolehkan menyakiti sesama. Bahkan menyakiti perasaan orang pun tidak boleh. Maka, radikalisme dan terorisme jelas sangat bertentangan dengan syariat agama kita,” ujarnya menegaskan.

Menurutnya, tugas pesantren bukan hanya mencetak generasi penghafal Al-Qur’an, tetapi juga membangun manusia berkarakter, berintegritas, dan berjiwa nasionalis. Dengan demikian, para santri tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan zaman.

Bekal Wawasan Kebangsaan untuk Generasi Qur’ani

Fauzi Akmal menyoroti fenomena melemahnya semangat kebangsaan di kalangan generasi Z dan Alfa. Hal itu membuat pihaknya menaruh perhatian khusus dengan memberikan pembekalan wawasan kebangsaan di lingkungan Ponpes.

“Setiap santri wajib mendapatkan pendidikan kebangsaan. Kami ingin melahirkan generasi Qur’ani yang tidak hanya cinta Al-Qur’an, tetapi juga cinta tanah air. Karena itu, integritas dan jiwa nasionalis harus tumbuh seiring dengan penguasaan ilmu agama,” jelasnya.

Program pembekalan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan, mulai dari penguatan materi Pancasila, sejarah perjuangan bangsa, hingga implementasi nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, para santri tidak sekadar memahami teks, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Islam dan kebangsaan secara bersamaan.

Seruan untuk Umat Islam dan Masyarakat Minangkabau

Lebih jauh, Ustadz Fauzi Akmal mengajak seluruh masyarakat, khususnya umat Islam di Ranah Minang, untuk bahu-membahu menolak segala bentuk intoleransi dan radikalisme. Baginya, menjaga persatuan dan kebersamaan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan kewajiban seluruh komponen bangsa.

“Paham intoleran, terorisme, dan radikalisme adalah racun bagi bangsa ini. Saya mengajak umat Islam di Sumatera Barat untuk terus menjaga persatuan dan memperkuat perjuangan bangsa. Kita harus bersama-sama menjaga negeri ini agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik,” katanya.

Ajakan itu sejalan dengan falsafah Minangkabau, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang menempatkan nilai agama sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat. Melalui falsafah ini, masyarakat Minang diajak untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan sekaligus menjaga keharmonisan sosial.

Ponpes Al-Mukhtar, Laboratorium Moderasi Beragama

Dengan keteguhan sikapnya, Ponpes Tahfidz Islamic Centre Al-Mukhtar kini dipandang sebagai salah satu laboratorium moderasi beragama di Sumatera Barat. Tidak hanya membina para santri untuk menghafal Al-Qur’an, pesantren ini juga melahirkan generasi yang siap menjadi duta perdamaian di tengah masyarakat.

Melalui berbagai program pendidikan dan pembinaan, pesantren ini berkomitmen menjaga agar Sumatera Barat tetap kondusif, aman, dan terbebas dari pengaruh paham yang merusak.

“Pesantren adalah benteng bangsa. Dari pesantren lahirlah kader-kader umat yang berakhlak mulia, cinta tanah air, dan siap mengabdi untuk negeri. Itulah misi besar kami di Ponpes Tahfidz Islamic Centre Al-Mukhtar,” pungkas Ustadz Fauzi.

Dengan komitmen kuat itu, pesantren ini hadir bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, melainkan juga benteng moral dan penjaga keutuhan NKRI. Di tangan para santri, semangat cinta tanah air dan nilai keislaman yang rahmatan lil alamin diyakini akan terus menyala untuk masa depan bangsa.(*)

Posting Komentar

0 Komentar